Adat Kasambu: Tradisi Istimewa Suku Muna Menyambut Kelahiran Anak Pertama

Kasambu berasal dari kata "sambu" yang berarti suap. Dalam konteks tradisi ini, kasambu merujuk pada kegiatan menyuapi seorang ibu hamil saat memasuki bulan ketujuh kehamilan (Foto : Youtube Dion Production)

SULTRACITIZEN.COM – Adat Kasambu merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat suku Muna, Sulawesi Tenggara. Tradisi ini sarat akan makna dan nilai-nilai luhur, serta menjadi momen istimewa bagi keluarga yang akan menyambut kelahiran anak pertama.

Tradisi Kasambu masyarakat Muna memiliki hubungan dengan kepercayaan masyarakat Muna, yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Tradisi ini juga merupakan permohonan kepada Tuhan agar bayi yang dikandung sehat dan normal. 

Tradisi Kasambu merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara. Tradisi ini dilakukan menjelang kelahiran anak pertama, biasanya pada bulan ke-7 kehamilan. 

Apa Itu Adat Kasambu?

Kasambu berasal dari kata “sambu” yang berarti suap. Dalam konteks tradisi ini, kasambu merujuk pada kegiatan menyuapi seorang ibu hamil saat memasuki bulan ketujuh kehamilan.

Ritual ini dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia kehamilan, serta doa agar proses persalinan berjalan lancar dan bayi yang dilahirkan sehat dan sempurna.

Makna dan Tujuan Adat Kasambu

Syukur : Adat kasambu adalah ungkapan syukur atas kehamilan yang diberikan oleh Tuhan.

Doa: Melalui ritual ini, keluarga dan masyarakat memanjatkan doa agar ibu dan bayi dalam keadaan sehat dan selamat.

Perlindungan : Dipercaya bahwa dengan melaksanakan adat kasambu, bayi akan terhindar dari gangguan makhluk halus dan diberikan perlindungan.

Keluarga: Adat ini mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga dan masyarakat sekitar.

Prosesi Adat Kasambu

Proses pelaksanaan adat kasambu umumnya dipimpin oleh seorang tokoh adat atau agama. Beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan antara lain:

Pemilihan Hari: Hari pelaksanaan adat kasambu biasanya ditentukan berdasarkan hitungan kalender tradisional.

Tahap pelaksanaan Kasambu ini mengambil salah satu pelaksanaan trsdisi ini di Desa Kontukowuna dilansir dari penelitian Fitriani dengan judul ” Tradisi Kasambu Dalam Masyarakat Muna di Desa Kontukowuna ” terbit di Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah Edisi Volume 2 Nomor 2 , Agustus 2017, Universitas Halu Oleo. 

Kakadiu /dimandikan dalam Adat Kasambu (Foto : Youtube Dion Production)

Tahapan pelaksanaan

a.Kakadiu (Dimandikan);

Pertama dilaksanakan pada proses tardisi Kasambua dalah Kakadiu/dimandikan suami istri oleh Sando menghadap ke Barat dengan tujuan untuk menghindari mala petaka dan untuk menghilangkan semua hal-hal yang terburuk terhadap suami istri serta sang bayi di dalam rahim istri.

Kedua dimandikan kembali oleh Sando menghadap ke Timur dengan tujuan untuk membuka rezeki suami istri serta sang bayi di dalam rahim istri yang akan dilahirkan serta mambawa rezeki yang berkah terhadap kedua orang tuanya, keluarga dekat maupun keluarga jauh, serta orang lain.

Sando memandikan suami istri yang melaksanakan tradisi Kasambu di tengah- tengah rumah sebagai simbol pembuka jalan untuk melahirkan sang bayi yang sehat dan patuh kepada kedua orang tua serta menjadi berkah terhadap orang lain.

Selain itu, di tengah-tengah rumah dengan maksud agar menjadi berkah terhadap sang bayi sehingga dapat menghapus atau membersihkan kesalahan-kesalahan, sikap-sikap yang tidak baik, dan perilaku yang telah dilakukan suami istri pada saat mengandung sehingga proses kelahiran sang bayi menjadi lancar.

b.Detunu Dupa bhe Kabasano Haroa (Bakar Dupa serta Pembacaan Haroa)

Pak Imam membakar dupa serta membaca Haroa untuk proses pelaksanaan tadisi. Sebelum Kasambuhi/penyuapan dan pembacaan Haroa terlebih dahulu Detudu Dupa/bakar dupa bermakna untuk meningat Sumanga/orang meninggal supaya istri dan sang bayi tidak mengalami penyulitan pada saat melahirkan.

Selanjutnya Kabasano Haroa/pembacaan Haroa merupakan tahap dimana Pak Imam akan membacakan doa selamat untuk suami istri serta sang bayi di dalam rahin istri.Imam juga membacakan doa untuk memohon kepada Allah SWT agar istri yang sedang hamil dapat diberi kemudahan dan kelancaran saat menghadapi proses persalinan tanpa ada kendala atau hambatan apapun agar anak yang dilahirkannya selamat sampai di dunia.

c. Dopointara Lima Modhi bhe Moghane bhe Robhine Meangkafino Adhatino Kasambu (Jabat Tangan Pak Imam antara Suami Istri yang Mengikuti Tradisi Kasambu)

Pak Imam jabat tangan terhadap suami istri yang melaksanakan tradisi Kasambu. Sesudah detunu dupa/bakar dupa dan kabasano Haroa ( pembacaan Haroa) yang pertama jabat tangan adalah Pak Imam dengan suami yang melaksanakan tradisi Kasambu yang bermakna bahwa suami telah menjadi kepala keluarga, mencari nafkah dan menjadi ayah untuk anak pada saat dilahirkan.

Yang kedua Pada Imam jabat tangan dengan istri yang melaksanakan tradisi Kasambu yang bermakna bahwa pada saat melahirkan seorang istri akan menjadi ibu yang berguna untuk suami dan anaknya.

d.Dopointara Lima Modhi bhe Sando bhe Mie Maino (Jabat Tangan Pak Imam dan Sando serta Orang-Orang yang Datang)

Selanjutnya Pak Imam jabat tangan dengan Sando yang bermakna bahwa Sando itulah yang tau semua tata cara tradisi Kasambu. Yang keempat saling jabat tangan satu sama lain yang merupakan tanpa adanya masyarakat atau orang-orang sekitar maka tradisi Kasambu tidak akan berjalan dengan lancar, dalam hal ini melaksanakan tugas masing-masing seperti memasak perlengkapan tradisi Kasambu.

e.Kateinio Doi (Simpan Uang)

Pada tahap ini,kateino doilsimpan uang di depan pasangan suami istri yang melakukan tradisi Kasambu, Pak Imam serta orang-orang yang berada di dalam rumah supaya membuktikan bahwa uang tersebut tidak Pelongko/ telungkup atau tidak baik.

Sehingga uang yang disiapkan sebanyak 1-5 rece sampai seterusnya sebagai cadangan apabila uang yang dibuang tidak Pelongko/telungkup maka harus diulang lagi karena menandakan hal yang buruk atau tidak baik disebabkan ada kelainan yang terjadi pada proses kelahiran sang bayi.

Oleh karena itu, uang kateino doi/uang yang disimpan harus Pendaka/terlentang dengan maksud agar proses persalinan bisa berjalan dengan baik serta bayi yang lahir dengan normal dan selamat. Jika uang langsung Pelongko/terlentang maka menandakan hal yang baik pada proses persalinan sang bayi. Insya Allah akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun serta bayi yang lahir dalam keadaan normal.

Kateino Doi/simpan uang yang dilakukan di depan pasangan suami istri yang mengandung makna bahwa uang merupakan simbol pertanda bahwa di dalam tradisi Kasambu akan memperjuang dalam melahirkan sang bayi.

Dalam arti, ketika akan melahirkan banyak mengalami rintangan antara hidup dan mati untuk memperjuangkan melahirkan sang bayi. Selain itu,uang bertujuan untuk mempermudah dan memperlancar seorang istri ketika menghadapi kelahiran sang bayi dan tidak mengalami kesulitan dan hambatan seperti uang yang tidak Pendaka/terlentang.

Penjelasan di atas, pasangan suami istri mengandung makna bahwa uang merupakan simbol yang diKasambu akan berjuang dalam melahirkan sang bayi dalam arti menghadapi tantangan antara hidup dan mati.

f. Kasambuhi (Disuap)

Kabasano Haroa/pembacaan Haroa dan kateino Doi/uang yang disimpan selesai, maka suami istri serta anak kecil yang mendampingi mereka akan disambuhi/disuap dengan makanan yang telah dipersiapkan oleh Sando sendiri, seperti Ghuntelino (telur), manu (ayam), Lapa (lapa-lapa), Kaholeno Kalei manuru (pisang goreng bugis), Wadhe (wajik), Susuru (cucur), Kue sirikaea (kue sirsak).

Setiap kegiatan kasambuhi tersebut memiliki makna sebagai mana dijelaskan berikut ini:

1. Kasambuhino Ghunteli (Penyuapan Telur)

Sesudah Kabasano Haroa/pembacaan Haroa dan kateino Doi/uang yang disimpan selesai, maka suami istri serta anak yang didampingi yang akan melaksanakan tradisi Kasambu akan Disambuhi/disuap, guna untuk mempersiapkan tradisi Kasambu dengan makanan yang telah ditentukan oleh Sando sendiri.

Hal yang pertama dilaksanakan adalah kasambuhino ghunteli/penyuapan telur oleh Sando terhadap suami istri yang bermakna bahwa telur pengganti dari kandungan Manusia

2. Kasambuhino Lapa bhe Manuno (Penyuapan Lapa-Lapa dan Ayam);

Kasambuhino/penyuapan Manu bhe Lapano/penyuapan ayam dan lapa-lapa oleh Sando terhadap suami istri bermakna pengganti dari daging manusia sedangkan lapa-lapa bermakna pengganti dari ular manusia

3. Kasambuhino Lapa bhe Manuno (Penyuapan Lapa-Lapa dan Ayam Terhadap Anak yang Mendampingi)

Kasambuhino/disuap manu bhe lapano/penyuapan lapa-lapa dan ayam oleh Sando terhadap anak laki-laki dan perempuan yang didampingi pada saat melaksanakan tradisi Kasambu bermakna pengganti dari daging manusia sedangkan lapa-lapa bermakna pengganti dari ular manusia.

4. Kasambuhino Kaholeno Kalei Manuru (Penyuapan Pisang Goreng Bugis) Kasambuhino/disuap pisang oleh Sando terhadap suami istri yaitu bermakna sebagai pengganti dari lidah manusia.

5. Kasambuhino Wadhe (Penyuapan Wajik)

Kasambuhino/disuap wadhe/wajik oleh Sando terhadap suami istri bermakna pengganti dari gigi manusia. 

6. Kasambuhino Susuru (Penyuapan Cucur) 

Kasambuhino susuru/penyuapan cucur oleh Sando terhadap suami istri bermakna pengganti dari bibir manusia. 

7. Kasambuhino Kue Sirikae (Penyuapan Sirsak)

Kasambuhi/disuap kue sirkaea/kue sirsak oleh Sando terhadap suami istri bermakna pengganti dari darah kental manusia.

8. Kasambuhino Kue Sirikae (Penyuapan Kue Sirsak Terhadap Anak yang Mendampingi)

Kasambuhino/disuap kue sirikaea/kue sirsak oleh Sando terhadap anak bermakna pengganti dari darah kental manusia.

9. Kasungkino Kandulua (Bantal yang Dicungkil)

Kasungkino kandulua/bantal yang dicungkil bermakna bahwa supaya anak yang lahir berjalan dengan lancar.

Semua kegiatan penyuapan serta bantal yang dicungkil bermakna untuk menyatukan kedua kelurga pihak suami istri serta memperkenalkan silaturahmi terhadap lingkungan dan keluarga serta sang bayi yang kelak ia akan melahirkannya.

Selain itu, tradisi Kasambu pada saat kasambuhino/penyuapan makanan yang telah dimakan atau tidak dihabiskan tidak bisa dipanaskan karena menandakan yang tidak baik, yaitu akan menjatuhkan rezeki terhadap sang bayi.

Pakaian Adat: Ibu hamil akan mengenakan pakaian adat yang khusus untuk acara ini.

Doa dan Mantra: Tokoh adat akan membacakan doa dan mantra-mantra tertentu.

Nilai-Nilai yang Terkandung

Adat kasambu mengandung nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan, seperti:

Religiusitas : Adat ini menunjukkan keimanan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Gotong Royong : Masyarakat saling membantu dalam mempersiapkan dan melaksanakan acara ini.

Kasih Sayang : Adat kasambu menunjukkan kasih sayang orang tua kepada anak yang akan dilahirkan.

Upaya Pelestarian

Dalam era globalisasi, penting untuk terus melestarikan adat kasambu agar tidak tergerus oleh modernisasi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:

Pendidikan : Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan adat kasambu.

Dokumentasi : Mendokumentasikan secara lengkap prosesi adat kasambu.

Pengembangan Wisata Budaya : Membuka peluang bagi wisatawan untuk menyaksikan langsung pelaksanaan adat kasambu.

Adat kasambu adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang patut kita jaga dan lestarikan. Dengan memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, kita dapat menghargai warisan leluhur dan men truyềnkannya kepada generasi mendatang.

Pada tahun 2024, Kasambu resmi telah ditetapkan sebagai aset Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. 

Pada Acara Apresiasi Warisan Budaya Indonesia (AWBI) pada 16 November 2024 digelar di Jakarta, Sulawesi Tenggara menerima Apresiasi 9 (sembilan) sertifikat, salah satunya adalah Kasambu untuk penetapan WBTB dari Kementerian Kebudayaan yang diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon kepada Pj Gubernur, Andap Budhi Revianto. 

Related posts