SULTRACITIZEN.COM- Kabuto, siapa sangka makanan sederhana dari singkong fermentasi ini memiliki cita rasa yang begitu khas dan mendalam? Makanan tradisional asal Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara ini telah menjadi bagian dari warisan kuliner Nusantara.
Kabuto ini sejak zaman dahulu sudah menjadi makanan pokok masyarakat Muna, Sulawesi Tengggara (Sultra) sebagai makanan pengganti nasi terutama mereka yang tinggal di daerah pesisir pantai.
Jika masa persedian bahan makanan berkurang , Kabuto sangat dibutuhkan dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat di sana untuk penguat tubuh.
Dilansir dari kompasiana, Menurut Lanika, seorang penduduk kelahiran Pulau Muna lebih 70 tahun lalu, hingga awal kebangkitan Orde Baru, Kabuto selain Kambose dari Jagung kering masih menjadi makanan pokok sebagian besar warga di daratan Pulau Muna terutama jika memasuki musim hujan.
Ubi kayu umumnya dipanen saat musim panas antara bulan Juni, Juli hingga Agustus setiap tahun. Ketika musim panen ubi kayu melimpah di kebun-kebun rakyat, saat seperti itulah dimulai proses pembuatan bahan baku Kabuto.
Proses Pembuatan yang Unik
Proses pembuatan Kabuto cukup unik. Singkong yang telah dikupas dan diparut akan difermentasi selama beberapa hari. Proses fermentasi ini menghasilkan aroma khas yang menjadi ciri khas Kabuto. Setelah proses fermentasi selesai, singkong yang telah berubah tekstur kemudian dikukus hingga matang.
Cita Rasa yang Khas
Kabuto memiliki tekstur yang lembut dan sedikit asam. Rasa asamnya berasal dari proses fermentasi yang terjadi. Biasanya, Kabuto disajikan dengan parutan kelapa muda yang memberikan sensasi segar. Kombinasi rasa asam, gurih, dan manis membuat Kabuto menjadi makanan yang sangat lezat.
Bedanya dengan Kasoami, ubi kayu untuk Kabuto terlebih dahulu dikeringkan kemudian diparut jika hendak dimasak.
Lebih dari Sekadar Makanan
Di balik kelezatannya, Kabuto ternyata memiliki nilai filosofis yang tinggi bagi masyarakat Muna. Kabuto sering disajikan dalam acara-acara adat dan upacara keluarga, yang melambangkan kebersamaan dan kekeluargaan.
Cara Menikmati Kabuto
Kabuto bisa dinikmati sebagai makanan utama maupun sebagai lauk pendamping. Selain dengan parutan kelapa, Kabuto juga enak disantap bersama ikan asin atau sambal.
Menjaga Warisan Kuliner
Dengan semakin populernya makanan modern, keberadaan makanan tradisional seperti Kabuto mulai terancam. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan pengembangan Kabuto perlu dilakukan agar makanan ini tidak hilang ditelan zaman.
Kesimpulan
Kabuto adalah bukti kekayaan kuliner Indonesia. Selain rasanya yang lezat, Kabuto juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Mari kita lestarikan dan nikmati kelezatan Kabuto sebagai bagian dari warisan kuliner Nusantara.
Berikut adalah resep dan langkah – langkah untuk memasak Kabuto, makanan khas Nusantara dari daerah Muna, Sulawesi tenggara:
Bahan-bahan
- 250 Gram Singkong yang sudah dikeringkan
- Kelapa parut secukupnya.
- Sejumput garam.
- Ikan asin yang telah digoreng.
Cara membuatnya:
- Ubi kayu dikupas kulitnya kemudian dikeringkan antara 2 hingga 3 hari di bawah terik matahari.
- Setelah itu, ubi kayu dikumpulkan dalam wadah lalu ditutupi dengan daun pisang atau daun jati selama 2 hari. Semacam difermentasi.
- Putih ubi kayu setengah kering yang di sana-sini tampak telah mengalami perubahan warna bergaris bercak kehitam-hitaman dikeluarkan dari wadah biasa di sebut kakombo
- Jemur kembali Ubi kayu yang sudah difermentasi di bawah panas matahari hingga sekering-keringnya. Makin kering kian baik.
- Potong Kakombo kecil – kecil, lalu rendam dengan air selama semalam lebih kurang 8-12 jam, Kemudian tiriskan
- Siapkan panci kukusan, dan kukus kakombo selama 15 – 30 menit dengan api sedang.
- Jika sudah matang, angkat lalu biarkan hingga dingin. Campurkan dengan garam secukupnya.
- Sajikan kabuto dengan kelapa parut dan ikan asin.
Makanan tradisional khas Sulawesi Tenggara, kabuto,secara resmi mendapatkan penobatan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) dalam acara Apresiasi Warisan Budaya Indonesia (AWBI) 2024.
Penghargaan dan serifikat WBTB diserahkan oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, kepada Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Tenggara, Andap Budhi Revianto, di Taman Fatahillah, Jakarta, pada Sabtu, 16 November 2024.
Dari itu Kabuto menjadi salah satu dari sembilan warisan budaya Sulawesi Tenggara yang berhasil mendapatkan apresiasi WBTB tahun 2024. Pengakuan ini menjadi bukti komitmen masyarakat dan pemerintah daerah dalam menjaga serta melestarikan kekayaan budaya tradisional. (Atim)