Perlawanan Di Kolaka Terhadap Netherlands India Civield Administration (NICA) Part II

Perlawanan tersebut merupakan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia atas dasar Proklamasi 17 Agustus 1945.

Baca jugaPerlawanan di Kolaka Terhadap Pemerintahan Hindia Belanda Part I

Latar Belakang Perlawanan

Penjajahan Belanda yang dimulai tahun 1906 sampai dengan berlangsungnya pendudukan Jepang telah menimbulkan kesulitan hidup di kalangan masyarakat Kolaka .Berbagai macam pajak dipikulkan kepada rakyat.Di samping pajak juga kerja dinas yang disebut heeredienst dan lain sebagainya, telah menyita sebagian besar waktu yang akan digunakan oleh rakyat untuk berusaha menghidupi keluarganya.

Pajak yang tinggi di samping upah buruh yang sangat rendah dalam suasana ketiadaan lapangan kerja menyebabkan taraf hidup rakyat sangat menyedihkan. Rakyat petani tidak bisa mengharapkan hidup dari hasil pertaniannya pengusaha pribumi boleh dikatakan tidak ada, ditambah lagi dengan kemerosotan ekonomi dunia setelah selesai Perang Dunia l, yang mengakibatkan kesulitan hidup yang dikenal dengan istilah populer “zaman malaise” sangat terasa pengaruhnya di daerah Kolaka.

Rakyat yang sementara hidup dalam kesukaran ditugaskan lagi membuka jalan raya dengan biaya sendiri tanpa imbalan sedikitpun menambah beban penderitaan yang sangat berat di kalangan rakyat. Suasana hidup sedemikian itu mendorong timbulnya kesadaran rakyat Kolaka untuk meyakinkan bahwa bagaimanapun juga kalau namanya hidupdi bawah telapak kaki penjajah tidak ada kebahagiaan. 

Keyakinan di atas kesadaran itulah yang telah pula mendorong para pemuda, cerdik-cendekia mengusahakan penggalangan persatuan untuk menghimpun potensi mereka dalam badan-badan perjuangan.

Hal inilah yang menyemangati didirikannya organisasi-organisasi Muhammadiyah PSII dan Penyadar pada tahun-tahun tiga puluhan. Matrigi, seorang Guru Sekolah Klas II (Gouvernement 2 de klas asal Kalimantan bersama-sama dengan Haji Daeng Marakka, Abdurrahim dan M.Sanusi telah mendirikan perkumpulan Muhammadiyah(Cabang) di Kolaka pada tahun 1934. 

Selain itu kepanduan juga didirikan.Usaha-usaha Muhammadiyah diutamakan pada da’wah Islamiyah. Beberapa lama kemudian terbentuklah ranting-ranting Muhammadiyah di Kolaka Utara dan selatan. Di Kolaka bagian utara ranting Muhammadiyah didirikan di Wawo yang dipelopori oleh Muh.Ali Kamry dan A.Madjid Yunus.  Didirikan pula ranting Muhammadiyah di Tolala yang dipelopori oleh Petta Rukka, sedangkan di bagian selatan Kolaka ranting Muhammadiyah didirikan di Tangketada pada tahun 1939.

Pada tahun 1935 dibentuklah sebuah organisasi pemuda yang disebut Pemuda Muslimin Indonesia dan berpusat di Lasusua (Kolaka Utara), Pelopornya dikabarkan adalah seorang pensiunan polisi.

Dua tahun kemudian yaitu pada tahun 1937 Pemuda Muslimin Indonesia berhasil mendirikan sekolah agama yang disebut Sekolah Arab. 

Dengan ajaran-ajaran agama yang disebarluaskan oleh gerakan-gerakan pemuda baik melalui Perkumpulan Pemuda Muhammadiyah maupun Pemuda Muslimin Indonesia dengan Sekolah Arabnya memberikan corak dan dinamika masyarakat di Kolaka bagian utara. Sisa-sisa gerakan Haji Hasan dan Opu Todjabi turut mewarnai kehidupan masyarakat.

Di wilayah Kolaka Utara banyak menghasilkan kopra, rotan dan damar. Wilayah ini agak sulit dijangkau oleh pemerintah penjajah Belanda karena komunikasinya yang sangat sukar. Dengan demikian agak menguntungkan bagi masyarakat pedagang untuk leluasa berlayar keluar daerah misalnya ke Jawa, Sumatera bahkan kadang-kadang sampai ke Singapura untuk menjual barang dagangannya.

Dari pelayaran mereka banyak diperoleh pengalaman dan berita-berita tentang perjuangan pemuda di Jawa dan Sumatera. Pengalaman dan berita-berita yang diperoleh di Jawa dan Sumatera sangat besar manfaatnya untuk mengembangkan usaha-usaha perjuangan mereka.

Dari hasil perdagangan hasil bumi itulah salah satu modal dalam menghidupkan organisasi mereka. Tiga tahun usia Pemuda Muslimin Indonesia maka pada tahun 1938 diresmikanlah pembukaan cabang Partai Syarikat I lam Indonesia (PSI). Pengurusnya berkedudukan di Lasusua, diketahui oleh M.Rahim Daeng Nompo.

Rupanya Pemuda Muslimin Indonesia yang didirikan di Lasusua pada tahun 1935 adalah organisasi bawahan(onderbouw)Partai Syarikat Islam Indonesia yang didirikan tiga tahun kemudian. Dengan berdirinya Partai Syarikat Islam Indonesia di Lasusua itu membangkitkan perhatian pemerintah Belanda di Kolaka untuk mengawasi dan mengikuti perkembangannya.

Aparat pemerintah sudah sering ditugaskan mengunjungi Kolaka bagian utara. Di antara aparat yang sering ditugaskan ke sana terdapat simpatisan Partai Syarikat Islam Indonesia antara lain Abd.Waris seorang ambtenar yang memangku jabatan Hulp Bestuur Ambtenaar(HBA).

Sudah dapat dibayangkan peranan dan pengaruh kedatangannya di Lasusua bertemu dengan para pelopor Partai Syarikat Islam Indonesia di sana. Pada tahun 1939 Partai Syarikat Islam Indonesia mengalami perpecahan dari pusat sampai ke cabang dan ranting. Di Lasusua mengalami hal yang sama.

Beberapa tokoh PSII memisahkan diri lalu mendirikan penyadar padat ahun 1939. Pelopor berdirinya Penyadar di Kolaka Utara itu adalah M.Junus, Makkajareng, Halide Usman, Ibrahim Daeng Massure,M.Rasyid dan Yassir.

Dengan berdirinya penyadar berarti wadah perjuangan bertambah pula,namun sebaliknya pemerintah Belanda semakin meningkatkan pengawasanannya terhadap  gerakan-gerakan masyarakat.

Sejalan dengan meningkatnya gerakan-gerakan perjuangan rakyat pemerintah meningkatkan pula bermacam-macam beban pungutan berupa pajak kepala, pajak hasil bumi, kerja rodi dan sebagainya. 

Belanda memperalat kaum feodal (bangsawan) di daerah Kolaka untuk memeras dan menindas rakyat.Rakyat yang kehilangan daya terpaksa mengungsi ke pedalaman yang sukar dijangkau oleh para penagih pajak. Mereka hidup berkelana di pedalaman seperti suku yang terasing. Kejengkelan mereka terhadap pemerintah dibarengi dengan ketakutan dari aniaya penguasa.

Rakyat yang mempunyai kesadaran akibat binaan dari organisasi-organisasi perjuangan lain pula taktiknya. Mereka banyak berlayar meninggalkan daerah yang sibuk dengan penagihan pajak dan bermacam-macam kerja dinas.

Dari pelayaran mereka bertambah pengalaman terutama dalam hal peningkatan kesadaran beragama. Dalam keadaan serba tak menentu itu, pecahlah Perang Asia Timur Raya yang biasa disebut Perang Pasifik, 8 Desember 1941. Kedudukan Belanda di Kolaka segera diduduki oleh Nippon(Jepang) setelah tentara Jepang berhasil mendarat di Kendari pada tanggal 24 Januari 1942.

Sebermula rakyat berharap bahwa penggantian tuan yang terjadi setelah kekalahan Belanda dari Jepang, akan membawa angin baru dan suasana hidup yang menyenangkan hati. Harapan itu timbul karena kelihayan Jepang memulai kontaknya dengan rakyat sambil menampilkan kata-kata yang mengumpan hati. 

Semboyan TIGA A yang sangat populer dan ucapan Nippon-Indonesia sama-sama merupakan therapy yang tepat sekali untuk mengobati kepedihan hati rakyat akibat tindasan pemerintah Belanda.

Jepang merupakan saudara tua dari Indonesia ingin membahagiakan kehidupan di Asia Timur Raya, kata orang Jepang. Sebagai saudara tua maka Nippon adalah CAHAYA ASIA, PELINDUNG ASIA dan PEMIMPIN ASIA.  Inilah yang disebut TIGA”A”dan dengan semboyan inilah memnyebabkan hati rakyat terpukau.

Rakyat bersahabat dengan Jepang. Mereka berusaha mendekati pemuka-pemuka Islam yang diketahuinya paling membenci Belanda. Jepang tidak mengadakan perubahan prinsipil terhadap struktur pemerintahan yang ditinggalkan Belanda kecuali penggantian nama/istilah jabatan, misalnya Kepala Onderafdeeling diganti Bunken Kanrikan; Kepala District diganti Gunco;Kepala Kampungmenjadi Sunco; Kepala sekolah menjadi Koco dan lain-lain.

Dalam waktu yang begitu singkat,setelah Jepang melihat bahwa seluruh keadaan telah dikuasainya, mulailah melakukan tindakan-tindakan yang dianggap menguntungkan kepentingan perang melawan sekutu. Organisasi dan Partai yang ada di Kolaka seperti Muhammadiyah, Sekolah Arab dari PMI, Ranting Syarikat Islam Indonesia dan penyadar di Lasusua dan Wawo serta Tangketada dibubarkan dalamt ahun 1943. 

Rakyat dipaksa bekerja keras, seperti membuka kebun padi, sayur-mayur, tembakau dan sebagainya tetapi hasilnya tidak boleh digunakan sendiri melainkan seluruhnya harus dikumpulkan dan diserahkan kepada Jepang demi untuk memenangkan perang. Rakyat cukup makan ubi-ubian yang tumbuh sendiri di hutan-hutan.

Kalau ada kain yang dimiliki rakyat, harus dikuasai oleh dan untuk Jepang. Rakyat harus bersembunyi kalau akan mengisap rokok dari tembakau yang ditanamnya sendiri. Rakyat hanya boleh memakai garam apabila garam yang dibuat sendiri dengan memasak air laut sampai kering membatu. Bila ada garam dari perusahaan harus diserahkan kepada Jepang. 

Lapangan kerja tidak ada sama sekali, kecuali lapangan kerja paksa (kerja romusha) bagi keperluan perang diwajibkan kepada setiap raga kuat. 

Akibatnya rakyat hidup kelaparan, miskin melarat penuh kesedihan. Perbendaharaan material rusak, perbendaharaan moral dirusakkan.Tidak sedikit kaum wanita yang dipaksa atau terpaksa hidup sebagai pelayan nafsu tentara Jepang.

Bagi rakyat awam kadang-kadang secara tidak sadar mengatakan lebih baik di jaman dulu (di zaman pemerintah Belanda?).Bagi rakyat yang sadar seolah-olah terngiang-ngiang ke telinga panggilan kemerdekaan, lepas kekuasaan asing dan bebas mengatur diri sendiri.

Di puncak penderitaan rakyat di sanalah kekejaman Jepang semakin menjadi-jadi. Mungkin merupakan taktik mereka untuk melumpuhkan seluruh potensi masyarakat agar “tidak berdaya untuk membangkang dan menentang kekuasaan Jepang, kemudian dengan leluasa dibentuk masyarakat yang memiliki jiwa dan semangat Asia Timur Raya di bawah lindungan dan pimpinan Dai Nippon(Jepang).

Para pemuda baik yang duduk di bangku sekolah maupun yang tidak ditanami dengan semangat patriotisme Jepang. Mereka dilatih sebagai militer melalui latihan-latihan pemuda yang disebut Seinendan malah ada di antaranya yang dilatih menjadi Heiho (Pasukan Pembantu Militer Jepang).

Dari latihan- latihan ini berhasil dicapai pembentukan disiplin yang kuat di kalangan pemuda. Di samping itu keterampilan menggunakan senjata api telah pula dikuasai oleh para pemuda.

Perang berjalan terus.Dari Perang Asia Timur Rayaberkembang menjadi perang Dunia II. Di front barat (Eropah) Italia dan Jerman akhirnya terdesak kalah pada tahun 1943/1944, sedangkan di front Pasifik, ternyata Jepang tidak mampu menahan serangan Amerika/Sekutu.

Pada saat-saat menghampiri kekalahan,Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia setelah selesai perang. Janji-janji tersebut walaupun mungkin hanya taktik pura-pura belaka, namun dapat diketahui secara luas di kalangan masyarakat.

Rakyat yang sudah sangat menderita, dengan menerima berita janji kemerdekaan itu mengimpikannya. seolah-olah akan kedatangan juru selamat.

Walaupun demikian para pemuda di Kolaka tidak begitu yakin akan janji Jepang, kecuali yang dipastikan bahwa perang hampir berakhir dengan kekalahan Jepang.

Jika kenyataan membuktikan bahwa Jepang kalah, maka pada saat itulah suatu kesempatan yang paling baik untuk menentukan nasib sendiri sebagai bangsa merdeka. Diadakanlah persiapan-persiapan untuk mengambil alih kekuasaan dan pemerintahan dari tangan Jepang.

Dalam bulan Juli 1945, dibentuklah di Kolaka, sebuah panitia yang bersiap-siap akan menerima kemerdekaan yang dinantikan saatnya. Panitia tersebut disebut Gerakan Kemerdekaan Rakyat (GKR). Dari panitia tersebut terdapat beberapa tokoh di antara adalah:

  1. Andi Kasim, Kepala Pemerintahan Kolaka
  2. M.Jufrj
  3. Ch.Pingak
  4. M.Rasyid
  5. Tahrir
  6. Abd.Wahid R
  7. Abubaedah
  8. Andi Punna
  9. M.Ali Kamry

Panitia tersebut dilengkapi dengan organisasi ketentaraan yang terdiri dari empat pasukan. Pimpinan pasukan-pasukan tersebut, masing-masing adalah Angi Punna, Tahrir,M.Ali Kamry dan H.Abd.Wahid Rahim. 

Setelah Jepang kalah perang dengan pernyataan menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945 dan disusul dengan pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, penguasa Jepang di Kolaka berinisiatif menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada pemerintah setempat.

Sebelum penyerahan dilaksanakan, bahkan Andi Kasim langsung bertindak sebagai Kepala Pemerintahan Kolaka. Atas dorongan para pemuda, Andi Kasim mengumumkan bahwa Kolaka adalah wilayah Republik Indonesia.

Pengumuman tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 September 1945. Para pemuda yang mendorong Andi Kasim agar mengumumkan Kolaka sebagai wilayah RI adalah pemuda yang gerakannya dan organisasinya segera dibentuk setelah diterima berita kekalahan Jepang.

Gerakan Pemuda itu disebut Pembela Tanah Air (Peta) yang tujuan pertamanya ialah merebut senjata Jepang. Beberapa saat kemudian Peta dirobah menjadi API (Angkatan Pemuda Indonesia), yang dengan terang-terangan menggalang kesatuan pemuda Republikein. 

Setelah pengumuman Andi Kasim pada 17 September 1945 organisasi pemuda Kolaka dirobah lagi namanya dari API menjelma menjadi PRI(Pemuda Republik Indonesia) Pemuda Republik Indonesia membentuk pula suatu badan kelasykaran yang disebut Pembela Keamanan Rakyat (PKR)yang dipimpin oleh M.Joseph dibantu oleh Sarilawang, M.Billibao dan I.M.Ohyver.).

Para pemimpin PKR ini adalah bekas tentara KNIL yang dipekerjakan Jepang di tambang nikel Pomalaa. Dengan kesadaran mereka bertekad akan mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Dengan organisasi PRI inilah yang menggerakkan semangat perjuangan dan menggalang kekuatan pemuda dan rakyat Kolaka memberi bentuk atas kemerdekaan yang telah diumumkan baik atas dasar proklamasi 17 Agustus 1945 maupun dengan pengumuman Pemerintah Kolaka pada tanggal 17 September 1945. 

Di Kolaka, bendera Merah Putih telah dikibarkan dengan iringan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya pada tanggal 17 September 1945. Atas usaha PRI di Kolaka bendera Merah Putih telah pula dikibarkan di Wawotobi (Kendari) pada awal bulan Oktober 1945, di Kota Kendari pada akhir Oktober 1945 demikian pula di Andoolo (Kendari) dan BoEpinang (Moronene/Buton) sempat dikibarkan bendera kebangsaan Indonesia oleh pemerintah dan rakyat setempat.

Tempat-tempat yang sudah mengibarkan bendera Merah Putih terus mengadakan kontak dengan PRI dan Pemerintah Republik di Kolaka. Di wilayah hukum pemerintah Kolaka rakyat dan pemudanya disiagakan menghadapi segala kemungkinan. 

Dibentuklah cabang-cabang PRI dan kompi-kompi PKR di wilayah Distrik dan di desa-desa. Nampaknya seluruh rakyat mendukung pengumuman Kepala Pemerintahan Kolaka (Andi Kasim) menyatakan bahwa Kolaka adalah wilayah Pemerintah Republik Indonesia.

Pengurus PRI Cabang terdapat di beberapa tempat antara lain:

1. Di Lasusua dengan anggota-anggota pimpinan:

  1. M.Rasyad (tokoh PSI)
  2. Hasyim Pangerang
  3. Hamzah Pangerang
  4. Mahmud Dg.Sisila
  5. M.Jassir
  6. Abd.Manan

2.Di Wowo dan,sekitarnya (Wawo,Ranteangin,Lambai/Puuehu, Wolo dan Alaaha) atas inisiatif Muh.Ali Kamry dan M.Jufri dibentuk pula pengurus gabungan dengan susunan:

  1. Pemimpin umum :  Moh.Ali
  2. Penerjang              :  A.Madjid Yunus
  3. Wakil Penerjang    : Moh.Kasim

Demikian pula di tiap kampung dibentuk pengurus PRI, misalnya di kampung Wawo yang dipimpin oleh Moh.Ali selaku Ketua, di Ranteangin diketahui oleh Moh.Kasim, di Lambai/Porebu diketuai oleh Hasan Dg.Katareng, di Woimendaa diketuai oleh Pabolloi, di Wolo diketuai oleh Abd.Wahab Dg.Pasele dan di kampung Alaaha diketuai oleh H.Muh.Sanusi.

Organisasi kelasykaran Pembela Kemerdekaan Rakyat (PKR)menempatkan kompi-kompi pasukan antara lain

di Wundulako dengan tokoh-tokoh:

  1. Konggoasa
  2. Latumaa
  3. Lambido
  4. Satula
  5. Guro

di Rate-Rate dengan tokoh-tokohnya:

  1. Moh.Nur Latamoro
  2. H.Supu
  3. A.Hamid
  4. LapaE
  5. Azis Manu

di Tawanga dengan Tokoh-tokohnya:

  1. J.Poapa
  2. Darius Tonga
  3. Lahasa
  4. Larumasa
  5. Tabou alias Abubakar

di Alaaha/Andolaki dengan tokoh-tokohnya:

  1. Lele
  2. Dulahi
  3. Sumanga
  4. Djudda
  5. M.Tahir

di Tongauna dengan tokoh-tokohnya:

  1. Putete
  2. Palangga
  3. Tawahe

dan lain-lain.

Selain dari pada itu terdapat pula satu kompi yang berkedudukan di Andoolo(termasuk wilayah Kendari Selatan) dengan tokoh-tokoh yang dikenal antara lain:

  1. Moh.Ali SilondaE
  2. Abdullah SilondaE
  3. AburaEra SilondaE
  4. Saiman
  5. Saradia
  6. Nuhung SilondaE (Kepala Distrik Andoolo)
  7. Jakub SilondaE

Setelah tersusun organisasi Pembela Kemerdekaan Rakyat (PKR), datanglah kebutuhan yang sangat menentukan yaitu senjata anggota pasukan. Beberapa kali pihak Pemuda Republik Indonesia (PRI) bersama PKR berkonsultasi dengan Komandan Tentara Jepang di Pomalaa untuk mendapatkan senjata namun tidak berhasil diperoleh.

Alasan Komandan Tentara Jepang (Kabisima Taco) karena inventaris peralatan dan persenjataan telah dilaporkan untuk diamankan oleh Sekutu (Australia) yang akan datang ke Sulawesi Tenggara.

Timbullah tekad PRI/PKR akan mengambil senjata Jepang dengan cara kekerasan.Tekad para pemuda segera diketahui oleh Kabasima Taco. Untuk menghindarkan kemungkinan gempuran dari rakyat Kolaka, Kabisima Taco memerintahkan kepada tentaranya membuang ke laut dangkal sejumlah 50 pucuk senjata L.E. bersama dengan sejumlah peluru.

Kejadian tersebut diketahui oleh para pemuda. Segeralah diadakan usaha pencarian dengan mengadakan penyelaman senjata di tempat pembuangannya dan berhasil ditemukan seluruhnya.

Senjata-senjata tersebut segera dibagikan kepada anggota PKR dan dilakukan latihan-latihan kemiliteran yang dipimpin oleh tokoh-tokoh pemuda yang berasal dari bekas KNIL dan Heiho antara lain ialah M.Joseph, M.Billibao, Sarilawang, H.Abd.Wahid. Pelatih utamanya adalah M.Joseph. Pusat latihan ditempatkan di kampung Silea/Wundulako.

Dalam keadaan sibuk-sibuknya PRI/PKR mempersiapkan diri tiba-tiba mendarat di Kendari tentara Austalia yang datang dari Makassar. Pendaratan Australia di Kendari terjadi pada awal bulan Nopember 1945. Kedatangan Australia adalah membawa tugas dari Sekutu sebagai pihak pemenang perang Dunia II. 

Tugas yang diembannya ialah untuk melucuti senjata Jepang dan menjaga keamanan di wilayah Indonesia bagian timur. Tetapi sayang sekali karena dibelakang tentara Australia membonceng personal-personal Belanda yang menyebut dirinya N.I.C.A.(Netherlands Indie Civiel Administration).

Dengan kekuatan satu pleton pasukan KNIL yang dipimpin oleh Kapten Wolhoff, Belanda kembali untuk menegakkan kekuasaan tradisional selaku penjajah di alam Indonesia Merdeka berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945.

Rakyat Kolaka dengan pimpinan Pemerintahnya yang telah mengumumkan bahwa wilayahnya adalah wilayah Republik Indonesia sangat prihatian dan waspada tehadap kedatangan Australia karena telah diketahui maksud pemboncengan personal Belanda (N.I.C.A) datang kembali ke Indonesia.

Keprihatinan itu mendorong usaha meningkatkan kesiapan untuk mempertahankan Republik Indonesia di Kolaka dengan cara apapun juga. Latihan kemiliteran diperluas di kalangan pemuda dan rakyat disiagakan dengan senjata, parang, tombak, bambu runcing, keris dan sebagainya.

Seluruh rakyat terutama kaum pria diwajibkan mamakai lencana Merah Putih yang disematkan di bagian dada baju atau pada kopiah. Pekikan “merdeka” terdengar ramai di kalangan masyarakat luas. Seolah-olah tiada yang memikirkan mati di ujung senapang musuh. Para juru penerang menyuarakan: lebih baik mati bercampur tanah daripada hidup di bawah telapak kaki penjajah. 

Dengan perintah dari pimpinan pemerintahan Kolaka diadakanlah penyiapan bekal berupa bahan makanan untuk persiapan perang, jika ternyata Belanda akan menginjak-injak kehormatan dan kemerdekaan bangsa Indonesia, khususnya wilayah Republik Indonesia di daerah Kolaka.

Apa yang dipersiapkan pemerintah dan rakyat Kolaka pada akhirnya menjadi kenyataan. Perlawanan rakyat Kolaka selaku bagian dari perang kemerdekaan mempertahankan dan membela Proklamasi 17 Agustus 1945 akhirnya tak dapat dihindari lagi. Lahirlah perlawanan rakyat Kolaka terhadap kekuatan Belanda/N.I.C.A.

Wujud Perlawanan

Akibat penderitaan rakyat yang dialami baik selama penjajahan Belanda maupun penduduk fascisme Jepang telah menyadarkan rakyat Kolaka menerima hangat berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan mengumumkan bahwa Kolaka adalah wilayah Republik Indonesia.

Seluruh rakyat berada di belakang Pemerintah Republik Indonesia dan mendukung sepenuhnya pengumuman Kepala Pemerintah Kolaka pada tanggal 17 September 1945 bahwa daerah Kolaka adalah wilayah Republik Indonesia. Oleh sebab itu perlawanan yang terjadi di daerah Kolaka merupakan perlawanan seluruh rakyat yang dipelopori oleh golongan pemuda.

Pada mulanya perlawanan merupakan kontak senjata secara frontal, walaupun diketahui bahwa kekuatan persenjataan tidak seimbang. Setelah keadaan medan banyak dikuasai musuh, perlawanan dilakukan secara bergerilya yang diselingi dengan penyerangan-penyerangan secara terbuka. 

Taktik demikian cukup merepotkan Belanda, walaupun kemudian mereka berhasil menduduki seluruh wilayah Kolaka pada awal tahun 1948.

Jalannya Perlawanan

Pada hari-hari pertama kedatangan Australia di Kendari, Kapten Wolhoff bekas Controleur Kendari yang melarikan diri ke Australia selama Perang Dunia II, sebagai pemimpin kekuatan N.I.C.A.segera memulihkan kekuasaan Belanda.

Untuk menghimpun kembali kekuatan tentaranya, dikumpulkannyalah bekas-bekas KNIL yang ditempatkan Jepang di kamp-kamp tawanan lalu dipersenjatai kembali. Pada saat itu sebagaian besar bekas tentara KNIL dipekerjakan Jepang pada pertambangan nikel di Pomalaa. Direncanakanlah penjemputan mereka di Pomalaa dengan memberangkatkan se-pasukan tentara N.I.C.A.Agar tidak mengalami kesulitan. 

Direncanakan pula agar pasukan yang dikirim nanti harus memakai seragam sekutu (Australia). Berita tentang rencana kedatangan tentara N.I.C.A diterima oleh PRI Kolaka pada tanggal 16 Nopember 1945.

Segera dihubungi Kabasima Taico/Kemondan tentara Jepang di Pomalaa tentang kebenaran berita itu. Dari Kabisima Taico diperoleh berita pasti bahwa tentara N.I.C.A akan tiba di Pomalaa pada tanggal 19 Nopember 1945 sekitar pukul 09.00 pagi. 

PRI segera mengadakan rapat pimpinan.Keputusan rapat menetapkan bahwa N.I.C.A.tidak diizinkan memasuki wilayah Kolaka kecuali dengan izin Kepala Pemerintah Kolaka.

Persiapan dan kesiagaan ditingkatkan baik dalam kota maupun sepanjang jalur hubungan ke Pomalaa. Yang dipertanyakan bagaimana sikap terakhir dari anggota-anggota bekas KNIL yang berada di Pomalaa. 

Untuk mengetahui itu maka subuh tanggal 19 Nopember 1945 berangkatlah ke Pomalaa Andi Kasim(Kepala Pemerintah Kolaka) bersama seorang pimpinan PRI yaitu Tahrir dan di sana diadakanlah pertemuan dengan para bekas KNIL. 

Semua anggota bekas tentara KNIL menyatakan tetap setia pada Proklamasi 17 Agustus 1945. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti M.Joseph, M.Billibao dan Sarilawang malah sudah menjadi pelatih kemileteran PKR yang dipusatkan di kampung Silea. 

Antara pemerintah Kolaka, pemimpin PRI Kolaka dengan para anggota bekas KNIL menetapkan tekad bersama akan menentang dan mencegah kedatangan-kedatangan N.I.C.A. ke dalam wilayah RI di Kolaka. Diputuskanlah akan menghadang pasukan N.I.C.A dan ditetapkan Kampung Baru (Kombobaru) yang terletak 8 km dari Kolaka menjadi tempat penghadangan.N.I.C.A.tidak akan diizinkan masuk Kolaka atau Pomalaa.

Persiapan perlawanan diatur dan barisan penggempur disiagakan pagi hati itu. Menurut Ch.Pingak bahwa sejak pagi hari tanggal 19 Nopember 1945, rakyat sudah berduyun-duyun dengan berjalan kaki menuju Kambobaru (Kampung Baru) 8 km dari Kolaka. Mulai dari kota sampai sepanjang jalan menuju km 8 telah diadakan pos-pos pertahanan.

Segala jenis kendaraan darat seperti oto, sepeda dan lain-lainnya dipersiapkan untuk mengangkut pasukan dan perlengkapan perang dan untuk membawa berita. Yang sukar diatur ialah rakyat banyak yang begitu meluap-luap semangatnya untuk menggempur N.I.C.A. sehingga mereka tinggal di jalan di tempat terbuka stelling sudah diatur di tepi jalan yang waktu itu masih berhutan lebat. Yang lucu ialah bahwa senjata api berkelebihan, sedang yang tahu mempergunakannya terbatas jumlahnya. Senjata dibagikan pada para bekas KNIL dan Heiho yang ada, serta mereka yang biasa berburu rusa dan binatang hutan lainnya.

Para pemuda yang belum dilatih kemiliteran dan belum tahu mempergunakan senjata tidak mau ketinggalan mengambil bagian dalam pertempuran yang bakal terjadi. Mereka itu minta supaya diberikan senjata. Agar tidak mengendurkan semangat juang pemuda-pemuda yang sementara berkobar-kobar dan memuncak itu maka diberikan senjata.

Untuk itu diadakan latihan kilat bagaimana mempergunakan senjata yaitu bagaimana memasukkan peluru dan cara menembakannya kepada musuh, teori akan dipraktekan sebentar dalam pertempuran yang akan terjadi.

Pemuda-pemuda sudah dilatih sudah disebarkan ke desa-desa. Pasukan PKR yang bersenjatakan tombak, parang, bambu runcing dan sebagainya diatur dalam stelling-stelling di sepanjang jalan antara km 8 ke jurusan Wundulako. Tenaga yang dikerahkan di waktu itu kurang lebih 1.000 orang. 

Melihat suasana yang kurang menguntungkan maka dikirim seorang kurir ke Pomalaa untuk menemui Pemerintah (Andi Kasim) dan Pimpinan PRI (M.Tahrir) yang pergi menemui bekas-bekas KNIL di Pomalaa dan Huko-Huko untuk memberikan laporan dan meminta supaya segera ke front.

Sementara itu beberapa pohon ditebang di tepi jalan untuk menghalangi kedatangan NICA, agar mereka tidak langsung ke Pomalaa. Di dekat pohon yang ditebang itu yaitu pada tempat ketinggian yang tersembunyi oleh hutan telah dipasang stelling untuk menggempur NICA.

Untuk menghadapi kedatangan NICA itu Oleh Kepala Pemerintah Kolaka (Andi Kasim) dan Pimpinan PKR Kolaka (Tahrir, Ch.Pingak, H.Abd.RAhim, Andi Punna dan I.M.Ohijver diputuskan untuk menempuh dua cara yaitu:

  1. Dengan berunding;jika gagal,
  2. Digempur.

Dalam usaha untuk tidak meluaskan NICA memasuki wilayah Kolaka dan mengambil KNIL dari Pomalaa dan Huko-Huko. Diputuskanlah: dalam pertemuan tersebut tentang syarat perundingan dengan NICA yaitu:

  • Kalau mendapat tugas dari Sekutu, harus memperlihatkan surat perintah.
  • Jika tidak ada surat perintah harus kembali ke Kendari.
  • Kalau NICA (sekutu) berkeras untuk ke Pomalaa, mereka harus menyerahkan senjata pada Pemerintah RI di Kolaka untuk dititip dan dapat diambil kembali jika kembali ke Kendari.

Ternyata setelah tentara NICA berunding dengan Andi Kasim yang disaksikan oleh Abu Baeda dan beberapa kawan semua persyaratan di atas tidak dapat dipenuhi, tetapi mereka berkeras untuk terus ke Pomalaa. Kekuatan tentara NICA sekitar satu pleton yaitu 3 truk ditambah dengan satu sedan Paccard yang ditumpangi oleh Letnan John Boon yang bertindak sebagai komandan pasukan. 

Namun perundingan gagal, tentara NICA terus dilepas untuk terus ke Pomalaa. Bekas KNIL di Pomalaa dan Huko-Huko tak seorang pun yang mau dibawa kembali ke Kendari oleh NICA.

Malah setelah dikungjungi oleh tentara NICA dan sementara tentara NICA masih di Pomalaa banyak di antara bekas KNIL dibawah pimpinan M.Joseph segera ke km 8 dengan kendaraan yang telah disediakan dan bergabung ke dalam pasukan penggempur.

Sementara tentara NICA yang mengaku sebagai tentara sekutu (Australia) menuju ke Pomalaa, pasukan PKR Kolaka di Kampung Baru mengatur siasat penyergapan. Pimpinan atau Komandan pertempuran diserahkan kepada H.Abd.Wahid.

Pada waktu akan kembali mereka minta ditemani oleh tentara Jepang sebanyak satu truk dengan kekuatan satu pleton. Rupanya PKR di Kambo Baru (km 8) sudah siap. Tidak diduga oleh NICA bahwa mereka akan berani melawan. 

Rupanya dugaan yang salah itu menyebabkan kesulitan yang mengecewakan. Setiba tentara NICA Belanda di km 8, dengan tiba-tiba mereka diserang dan diserbu oleh pasukan PKR. Serbuan orang banyak dan tembakan-tembakan yang gencar dari pihak PKR menimbulkan kepanikan pasukan NICA sehingga hampir saja tidak bisa membalas serangan.

Tentara Jepang yang menyertai pasukan NICA dengan segera menyerah, sedangkan pasukan NICA terpaksa lari kocar-kacir ke dalam hutan diburu oleh rakyat dan pemuda yang bersenjatakan parang, keris, tombak dan bambu runcing.

Komandan NICA, Letnan J.Boon berhasil meloloskan diri, tetapi sembilan hari kemudian yaitu pada tanggal 28 Nopember 1945 tertangkap di LoEya Rate-Rate (sekitar 50 km dari Kolaka).

Pada peristiwa tanggal 19 Nopember 1945 itu, pasukan NICA dikocar-kacirkan oleh pasukan PKR Kolaka. Senjata dan perlengkapannya dapat dirampas.Kerugian yang diderita NICA sebagai berikut:

  • 2 orang tewas:
  • 2 orang ditawan

dirampas 4 truk, 1 buah sedan, 6 pucuk jungle, 2 pucuk L.E, 3 pucuk pistol, bayonet, granat, parang Australia, topi waja, ransel-ransel dan beberapa dokumen penting.

Disamping itu ditawan pula tentara Jepang sejumlah satu pleton. Di pihak PKR Kolaka diderita kerugian; satu orang gugur dan satu orang luka berat. Letnan J.Boon setelah menghutan beberapa hari lamanya, akhirnya ditemukan oleh Abd.Halik, Kusoi,Hudaini dan Salaga di sungai Nango-Nango/LoEya akhirnya dengan cara tipu daya mereka menawan dan menyerahkan ke tangan PKR di Rate-Rate lalu dibawa ke Kolaka dan dipenjarakan di sana. 

Dari penawan Letnan J.Boon disita senjata berupa satu pucuk pistol, sepucuk jungle dan satu buah granat tangan. Dengan penawanan Letnan J.Boon beserta dua orang pasukannya merupakan bukti bahwa Pemerintah RI di Kolaka tidak bisa dianggap ringan oleh Belanda. 

Untuk membebaskan mereka dikirimlah dari Kendari satu delegasi yang terdiri orang-orang Jepang dengan memakai tanda Palang Merah dan bendera Merah Putih, datang menemui Pemerintah Republik Indonesia di Kolaka sambil mengajukan permintaan:

  • mayat korban pertempuran diterima untuk dibawa ke Kendari;
  • pembebasan tawanan; dan
  • pengembalian semua peralatan dan perlengkapan yang jatuh ke tangan PKR Kolaka.

Permintaan tersebut ditolak oleh Pemerintah dan Pimpinan PKR. Penolakan atas misi damai Jepang oleh Pemerintah RI di Kolaka didasarkan atas pendapat bahwa urusan tersebut adalah urusan antara Pemerintah RI dengan Sekutu (Australia).

Walaupun demikian atas kemurahan hati Pemerintah RI, masih sampai meluaskan mengambil mayat-mayat tentara NICA yang gugur dalam peristiwa 19 Nopember 1945 untuk dibawa ke Kendari.

Tentang tentara Jepang yang ditawan sejumlah satu pleton, setelah dilucuri mereka dibebaskan kembali ke Pomalaa dengan peringatan dari pemerintah RI supaya tidak ikut-ikutan mencampuri persoalan yang timbul antara Pemerintah RI dengan Australia yang; datang melindungi kepentingan penjajah Belanda.

Kepada delegasi Jepang yang datang dari Kendari juga diperingatkan agar tidak membantu Belanda dalam usaha menentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan harus mengetahui bahwa wilayah Kolaka adalah termasuk wilayah Republik Indonesia Pada tanggal 26 Nopember 1945.

Pemerintah RI di Kolaka menerima sebuah kawat dari Makassar yang berasal dari pucuk pimpinan tentara Australia melalui Komandan tentara Jepang di Pomalaa. Kawat tersebut memberitahukan bahwa tentara Austalia akan datang di Kendari. Setelah kawat itu diterima oleh Pemerintah RI di Kolaka, segeralah diadakan pertemuan antara pemerintah dengan pimpinan PKR/PRI Kolaka dan dengan pimpinan-pimpinan PKR/PRI Luwu yang kebetulan sementara berada di Kolaka.

Hasil-hasil pertemuan memutuskan sebagai berikut:

  1. Tentara Australia diperbolehkan datang ke wilayah Kolaka,tetapi pertemuan diadakan di Pomalaa dan ruang gerak tentara Australia dibatasi sepanjang radius 1 km dari tempat perundingan.
  2. Datu Luwu/Palopo supaya dibawa serta dalam perundingan, karena Kolaka adalah wilayah Kerajaan Luwu sejak tahun 1907.

Persyaratan dari hasil perundingan tersebut disampaikan kepada pimpinan tentara Australia di Makassar melalui Komandan tentara Jepang di Pomalaa. 

Beberapa hari kemudian tibalah kawat balasan yang menyatakan bahwa persyaratan diterima dan tentara Australia akan datang ke Pomalaa pada tanggal 19 Desember 1945.

Untuk menghadapi perundingan dengan tentara Australia, Kepala Pemerintah Rl di Kolaka berunding dengan pimpinan PRI Kolaka dan Pimpinan PRI Luwu yang kebetulan sedang berada di Kolaka.

Maka disusunlah delegasi yang akan mendampingi Datu Luwu sebagai pucuk pimpinan Pemerintah Kerajaan Luwu untuk menghadapi utusan tentara Australia.

Delegasi itu terdiri dari:

  1. Andi Kasim,Kepala Pemerintah RI di Kolaka
  2. Andi kamsruddin Ketua Umum PRI Kolaka
  3. Dr Kwa Hoat Yu,Bagian Kesehatan/Palang Merah PRI Kolaka.
  4. A Akhmad,Kepala Polisi Istimewa PRI Kolaka
  5. M Sanusi Dg.Mattata,Kepala Penerangan PRI Luwu.

Datu Luwu kemudian dalam perundingan ini mengirim 2 orang utusan yang datang bersama sama dengan tentara Australia yaitu:

  1. Andi Mappanyompa, Opu Tomarilaleng Kerjaan Luwu.
  2. M.A.Azikin,Sekretaris I PRI Luwu yang bertindak sebagai juru bahasa.

Sebelum perundingan diadakan dengan Australia, delegasi Kolaka berkesempatan mengadakan pertemuan dengan utusan Datu Luwu.

Dalam pertemuan ini diambil kesepakatan sebagai berikut.

  1. Letnan J.Boon adalah seorang tawanan perang dan didakwa oleh Pemerintah RI(di Kolaka pen)sebagai pengacau keamanan karena memasuki wilayah RI di Kolaka tanpa izin dan menggunakan senjata api dan tidak patuh pada persyaratan yang dimajukan oleh Pemerintah kepadanya sehingga menimbulkan kekacauan dan gangguan keamanan,sedang sekarang adalah keadaan damai.Letnan J.Boon juga dituduh telah melanggar kedaulatan Negara Republik Indonesia.
  2. Kalau Australia menuntut senjata yang digunakan dalam pertempuran maka senjata itu sekarang berada di tangan rakyat yang sudah merdeka dan tidak menginginkan negara dijajah oleh siapapun.
  3. Mengenai masalah tawanan akan diserahkan resmi sebagai tawanan perang kemerdekaan dengan saran akan dipertukarkan dengan tawanan pemuda pejuang di Palopo. Sebagai langkah pertama maka Letnan J.Boon akan dibawa menghadap Australia sebagai terdakwa yang menggnggu keamanan daerah Kolaka.

Sehari sebelum kedatangan tentara Australia terjadi suatu peristiwa yang hampir saja membahayakan kedudukan Pemerintan RI di Kolaka dalam menghadapi tentara Australia yaitu tindakan sepihak dari sementara pemuda yang menculik Letnan J.Boon untuk dibunuh.

Untung saja tindakan ini dapat diatasi oleh pimpinan pemuda. Memang di kalangan pemuda timbul kegelisahan atas kekedatangan Australia ke Kolaka. Malah mereka mempersiapkan diri menghadapi keadaan yang tergawat. Semua kekuatan dikerahkan dan rakyat disiagakan untuk menghadapi segala kemungkinan. 

Sedangkan pimpinan pemerintahan Andi Kasim dan pucuk pimpinan PRI menghendaki pembuktian adanya pemerintahan RI di Kolaka yang syah dan berdaulat dan menginginkan Australia menghormati kedaulatan ini.

Pada hari perundingan akan diadakan(pukul 14.00 – siang) di Pomalaa,di sekitar Pomalaa dipenuhi oleh pemuda, malah M.Joseph dan pasukannya berada tidak berapa jauh dari pesanggarahan tempat perundingan akan diadakan. 

Malah rakyat berbondong-bondong dengan segala macam senjata telah memenuhi jalan antara Kolaka -Pomalaa. Keselamatan Letnan J.Boon dikhawatirkan ketika akan dibawa ke Pomalaa sehingga harus disembunyikan dengan ditutupi terpal. Pemuda dan rakyat Kolaka yang cinta kemerdekaan dan cinta RI telah bertekad untuk menghadapi siapa yang akan mengancam kemerdekaan.

Pukul 14.00 perundingan dimulai.Delegasi Luwu/Kolaka dipimpin oleh Andi Mappanyompo (wakil dari Luwu) dan Andi Kasim Kepala Pemerintah RI di Kolaka, sedangkan Australia dipimpin oleh seorang perwira yang berpangkat Kapten.

Delegasi Luwu/Kolaka berjumlah 7 orang dan Australia juga terdiri 7 orang

Dalam perundingan Letnan J.Boon dihadirkan pula. Delegasi Kolaka mula-mula menggambarkan kesalahan Boon, sementara tentara Australia tidak dapat membuktikan malah mengingkari bahwa J.Boon ke Pomalaa untuk menjemput bekas KNIL atas perintah Australia.

Delegasi Luwu/Kolaka dalam kesempatan itu dapat pula menunjukkan dan meminta konfirmasi dari tentara Australia tentang selebaran Australia yang berbunyi sebagai berikut:

  • Australia tidak mencampuri urusan pemerintahan;
  • NICA itu adalah pegawai Australia;
  • Tidak boleh NICA melakukan sesuatu hal jika tidak diperintahkan Australia.
  • Delegasi Luwu/Kolaka adalah delegasi pemerintah yang menghormati hak-hak yang dikandung dan dihormati dalam kedaulatan pemerintahan.
  • Sedangkan delegasi Australia adalah delegasi militer yang telah memperoleh perintah-perintah militer yang harus dilakukan sesuai perintah. 

Berdasarkan tugas ini maka Australia memajukan tuntutan

sebagai berikut:

  1. Tawanan harus diserahkan;
  2. Pemerintah RI di Kolaka harus dapat menyerahkan 50 pucuk senjata api yang digunakan ekstermis dalam peristiwa 19 Nopember 1945;
  3. Kepala Ekstermis harus diserahkan;
  4. Harus tunduk dan patuh pada Pemerintah Jepang atas nama Australia.

Kepala Pemerintah RI di Kolaka menyadari delegasi Australia adalah delegasi militer yang bekerja atas perintah yang mutlak dilaksanakan dan dipatuhi,.tetapi kedaulatannya harus pula dihormati. 

Syarat pertama disetujui dengan permintaan bahwa Australia melepaskan pula 7 orang pemuda Luwu yang saat itu mengjadi tawanan Australia di Makasaar.

Permintaan ini disanggupi oleh delegasi tentara Australia untuk diurus tetapi tidak memberikan kepastian mengenai waktu pelepasan mereka dari tahanan.

Tuntutan kedua tentang penyerahan 50 pucuk senjata api dijawab oleh Andi Kasim tidak mengetahui ada senjata-senjata sebanyak itu namun bersedia mengadakan pemeriksaan dari rumah ke rumah dalam usaha mencari senjata-senjata tersebut.

Rupanya berita tentang PRI Kolaka dapat menyelami dan mengambil senjata-senjata Jepang yang dibuang mereka di pelabuhan Pomalaa pada 10 September 1945 telah diketahui oleh Australia.

Tuntutan ke 3 dan ke 4 sama sekali tidak digubris oleh delegasi Luwu/Kolaka karena apa yang disebutkan ekstermis itu adalah para pejuang kemerdekaan, sedangkan untuk tunduk kepada Jepang merupakan penghianatan terhadap kedaulatan sebagai rakyat merdeka.

Hari itu juga Letnan J.Boon diserahkan pada tentara Australia sedangkan tawanan lainnya diserahkan keesokan harinya beserta sebuah karabijn rusak dan sepucuk pistol kepunyaan Letnan J.Boon beserta seberkas prosesverbal pemeriksaan/penggeledahan senjata api dari rumah ke rumah dalam kota Kolaka.

Rupanya yang dipentingkan oleh tentara Australia adanya pembebasan tawanan, karena nyatanya mereka meninggalkan Pomalaa dengan puas, malah meminta beberapa lambang merah putih yang dikenakan di dada delegasi Luwu/Kolaka sebagai kenang-kenangan.

Dengan peristiwa perlawanan 19 Nopember 1945 di Kambo Baru yang berkesudahan dengan penawanan J.Boon dkk. yang menyebakan kedatangan tentara Australia ke Pomalaa berunding dengan PRI/PKR dipandang sebagai kegagalan Kabasima Taco/Komandan Tentara Jepang di Pomalaa dalam tugasnya menjaga ketertiban dan keamanan.

Oleh sebab itu ia ditampar dan dimarahi oleh pimpinan Tentara Australia. Akibatnya,Kabasima Taco meninggalkan tempat lalu menggabungkan diri dengan para pemuda PKR Kolaka dengan memakai nama samaran Mansyur, lalu berjuang melawan NICA.

Bersambung di Part III

 

Sumber Dilansir dari :

Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Sulawesi Tenggara

Chalik K Husein DKK 1983. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional 1983/1984

Bab V

Perlawanan Di Daerah Kolaka  Terhadap Pemerintah Hindia Belanda.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *