SULTRACITIZEN.COM – KONAWE SELATAN – Setelah banyak pertanyaan yang timbul ditengah-tengah masyarakat, Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wonua Kongga, Sareamin angkat bicara soal penawaran jabatan dan penggunaan dana BUMDes.
” Awalnya kepala Desa bersama operatornya Afdal datang ke rumah. Saya ditawari jadi Direktur Bumdes kerna punya ramp door. ” Jelas Sareamin pada Senin 27 Januari 2025
Ramp door yang bernilai Rp180 juta ini, kata dia, akan dijadikan salah satu unit usaha BUMDes untuk bekerjasama dengan perusahan-perusahaan tambang yang ada di sekitar Wonua Kongga.
” Yang jelas BUMdes ini dibentuk beberapa minggu sebelum pemilihan serentak Kepala Desa bulan setember 2023. Karena awalnya ramp door ini adalah 100 persen milik saya peribadi, makanya saya ditawari uang untuk kompensasi agar BUMDes bisa terlibat juga di dalam usaha ini. ” Tuturnya
Lanjut dia, awalnya , Kelapa Desa juga ingin masukkan dana di usaha ini untuk terlibat dengan komposisi 20%. Antisipasi jangan sampai dia tidak terpilih, kan sudah ada usaha dalam BUMDes.
” Jadi di sepakati pembagian sahamnya itu untuk unit usaha ramp door, saya 50% sebagai pemilik, 20% kepala Desa dan 30% BUMDes. Hari itu, sisa kami hitung berapa yang diberikan kepada saya agar Kepala Desa bisa terlihat dalam usaha ini dengan pembagiannya 20% dan juga Bumdes 30% dengan nilai aset Rp180 juta.
- 20% dari Rp 180juta = Rp 36 juta
- 30 % dari Rp 180juta = Rp 54 juta
Singkat cerita, sareamin menjelaskan hari itu dia bersama Kepala Desa dan Bendahara pergi menarik uang kompensasi agar BUMDes bisa terlibat dalam usaha ramp Door.
” Hari itu ditarik Rp60 juta. Untuk Saya Rp50 juta dan Rp10 juta lagi katanya untuk pembuatan baju seragam BUMDes dan kebutuhan lainnya ” Kata sareamin.
Pada saat itu juga, sareamin sempat menanyakan soal Surat Keputusan (SK) dirinya sebagai Direktur Bumdes yang sampai hari ini belum diberikan. Lain lagi, rencana dia dan kepala desa akan menghadap ke perusahaan-perusahaan untuk bekerjasama yang tidak ada realisasi.
” Mulai dari SK, rencana mengghadap ke perusahaan untuk kerjasama, seragam Bumdes, tidak ada yang terealisasi dan tidak ada respon dari Kepala Desa kalau saya tanyakan hal tersebut. Sekaligus uang dari Pak Desa agar terlibat di usaha ini juga belum diberikan sampai hari ini ” tandasnya
Dia menerangkan, usaha ramp door itu sampai sekarang masih ada tapi belum beroperasi. Tambahan lagi, uang yang seharusnya dia terima juga masih kurang Rp 4 juta dari nilai kesepakatan Rp 54 juta untuk pembagian 30% kepada BUMDes.
” Usaha belum jalan. Kalau sudah jalan saya siap berbagi 30% dengan BUMDes sesuai komitmen tapi selesaikan juga kekurangan Rp 4 juta itu dan saya menerima uang itu kerna memang hak saya sesuai kesepakatan awal. Untuk penggunaan Dana BUMDes diluar dari ramp door ini saya tidak ketahui. ” tegasnya
Sareamin juga menanggapi perwakilan pemuda yang sempat memberikan tanggapan di salah satu media soal BUMDes.
” Itu Adinda saya jarang ada di kampung. Yah, dia kebanyakan beraktivitas di Kendari bekerja sebagai sekuriti di salah sebuah Kampus. Menurut saya, dia belum tau persis perjalanan BUMDes ini ” Pungkasnya (Red)